Rabu, 24 Agustus 2011

Selain kamu. Tak ada lagi.

Adakah kesendirian mampu menyelamatkan aku yang kebasahan dalam hujan. Menyematkan hangat tanpa perlu beli handuk, selimut dan baju baru. Aku bertanya adakah cinta yang sendiri mampu memberi getaran. Menjadi gema yang memantul-mantul di ruang hatimu. Aku bertanya tapi pertanyaan-pertanyaanku kembali tanpa ada jawaban. Aku ingin mengecup bibirmu, memainkan anak-anak rambutmu yang terurai, membisikan pelan bahwa aku jatuh cinta padamu. Bukan karna apa atau mengapa selaipun. Aku mencintaimu dalam kata paling biasa yang menyempurnakan takdir pertemuan. Aku mencintaimu tanpa apa-apa cukup kamu.

Hujan. Dingin. Sudah tiada ketika kamu. Ada.

Selasa, 23 Agustus 2011

Perempuan-perempuan berkerudung senja

Tajam mata bisa menyayat
Luka di atas piring pagi jadi kuasa
Kembara dalam ramai; sepi sepi
Perempuan-perempuan tua dipasar memikul bakul hidup anak-anaknya

Tiada yang lebih bijaksana dari menukar derita dengan air mata
Laksana mata air dari semak belukar; beningnya tiada terkira
Kesejukan bisa bersemayam di terik mata hari juga awan yang mendung
Perempuan-perempuan tua di pasar menjajakan dagangan demi nasib keluarganya

Cinta yang di kupas dengan mata pisau kesabaran punya nuansa sendiri
Warnanya bukan merah darah tapi kuning keemasan
Samsara bisa nikmat ketika di bungkus impian dan harapan
Perempuan-perempuan tua di pasar bermandi keringat demi takdir besok hari

Sebelum pasar jadi malam
Lalu orang-orang sudah tak ramai lagi
Lalah menjalar dari kaki kaki tangan
Perempuan-perempuan tua di pasar berkerudung senja; tersenyum manis untuk kehidupannya; anak-anaknya, keluarganya juga esok harinya. Masih ada.

Minggu, 21 Agustus 2011

Salah kira


Bertanya jejaka kepada perawan
Bagaimana aku bisa sembunyi darimu; dari cinta yang di terima tanpa dibalas
Tersenyum manis perawan tak beri jawaban
Untuk apa bersembunyi dariku; sembunyi-sembunyi hanya untuk mereka yang tidak ikhlas

Berkata jejaka kepada perawan
Aku ingin sembunyi darimu; dari cinta yang agar tetap dan tak kemana-mana
Terseyum kembali perawan hanya beri isyarat
Untuk apa aku berkata ini cintaku untukmu; padahal aku selalu ada padamu

Dalam doa duka bersemayam


Di pemakaman yang hikmatnya terasa itu. kesedihan mengenangkan kejadian. Datang sendiri tanpa di undang. Meminta waktu untuk terisak dan bercumbu dengan ingatan. Nostalgia masa lalu hadir bersama ceramah yang mengingatkan akan awal yang pasti memiliki akhir. Bibir pucat hingga bergincu mengecap beningnya air mata yang menerobos dari kelopak lalu meluncur di pipi. Merah-merah sudah. Dalam doa yang menutuo duka bersemayam. Kematian telah mencukupkan hidup di dunia, tentang cinta manusia sudah tentang hidup selamanya di mulai.

Mendung pada Hujan

Mendung berkawan dengan hujan
Namun tentang nasib keduanya berbeda
Hujan bisa dinanti; bisa di cintai
Tapi tidak mendung

Hujan bisa bicara tentang kesedihan
Hujan juga bisa bicara tentang cinta cintaan
Namun mendung hanya mewakili bagian yang tidak lebih baik
Mendung di anggap  kelam, tidak bisa bicara mewakili kesedihan kecuali di anggap menyedihkan

Mendung adalah tanda, adalah isyarat
Tapi apa arti tanda, tapi apa arti isyarat bila dianggap buruk rupa
Sebelum hujan yang di puja-puja datang ada mendung
pulang bersama gerimis, hilang dalam hujan yang di agung-agungkan

Tiada cinta yang lebih sejati dari mendung yang mencintai hujan
Tanpa mengeluh tetap jadi arti
Tiada pengertian lebih mulia dari mendung yang mengerti hujan
Tanpa ada tanpa tiada meski selalu terlupakan.

Rabu, 27 Juli 2011

.....

Cintaku di matamu. Indah
Cintaku di bibirmu. Manis
Cintaku di telingamu. Merdu
Cintaku di hatimu. Satu.


Cintaku padamu bukan pertanyaan melainkan kenyataan.
Cintaku padamu bak sampan yang karam
~~~ memilih karam lebih tepatnya.